Just Waiting for You

1/14/2011 03:45:00 PM Edit This 0 Comments »
Sabtu, 07.00
Aku melangkahkan kaki sendirian memasuki aula besar yang akan menjadi tempat terakhir saksi bisu acara perpisahan yang berlangsung sebentar lagi. Seharusnya, ada orang tuaku yang ikut mendampingi. tapi, mereka sedang rapat bersama para orang tua dan guru-guru di ruangan lain.
Oh ya, perkenalkan aku Rini Isbel Nugroho - Rini - bersekolah di SMP Brawijaya Internasional School. Hari ini adalah acara perpisahan sekolahku yang berlangsung di sebuah aula besar, yang letaknya masih di dalam lingkungan Sekolah Brawijaya. Sekian perkenalanku.
Dengan kebaya hijau muda dipadu dengan kain warna senada aku memasuki aula besar itu. Sepertinya hanya aku yang merasa gugup dan takut. mungkin karena aku yang akan menjadi wakil dari seluruh siswa untuk uncapan terima kasih kepada para guru. Aku mengucap basmalah berulang kali dalam hati. Cukup membantu karena aku sudah mulai tenang. Aku segera mencari teman-temanku. Karena, aku tidak berhasil menemukan teman-temanku, sedangkan kakiku sudah pegal karena terlalu lama berdiri menggunakan sepatu ber-hak. Akhirnya aku putuskan untuk duduk sebentar.
" ehm... maaf ada yang duduk sini ga?" tanyaku pada seorang cowok yang berada tepat disebelah bangku yang ingin aku duduki.
"oh... enggak. duduk aja." kata cowok itu mempersilahkan. Aku pun mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
setelah terdiam cukup lama cowok itu ngomong.
" eh... lo Rini Isbel Nugroho ya?" tanya cowok ini tanpa menengok.
"mmm... lo nanya gue?" tanyaku balik. Dan sepertinya memang aku. Karena, tidak ada orang lain selain aku dan cowok ini.
"yaiyalah... mang siapa lagi selain elo? lagian yang disini kan cuma kita berdua." kata cowok ini geregetan.
"hehe... maaf ya. Iya, gue emang Rini Isbel Nugroho. Tapi.. kok tau sih? tanya ku agak kaget dengan muka memerah.
Yaampun... ternyata cowok ganteng ini tau nama gue. Batinku senang
"ya.. jelas lah Rin. Kan ada tulisannya di name tag yang lo pake itu." kata cowok ini menunjuk name tag yang kupasang di sebelah kiri
"hah? Oh iyaya." ternyata cowok ini ga bener-bener tau nama gue. malunya... dengan muka yang makin merah seperti udang rebus.
"hahahahaha... sumpah muka lo lucu banget kalo lagi malu kayak gitu." kata cowok ini masih dengan terbahak-bahak.
Sumpah. gue malu bangeet. pengen banget gue kalo sekarang gue tiba-tiba menghilang. aduh.. jadi pengen nangis deh.. batinku mulai berkaca-kaca.
lah... ni orang kenapa nangis ya? mungkin gue kelewatan kali ya? pikir Rama melihat Rini yang berkaca-kaca.
"aduh.. maaf ya Rin. Gue ga maksud mau bikin lo nangis kok. gue cuma bercanda kok. Sumpah dah." kata cowok ini minta maaf sambil membentuk huruf V dengan tangannya.
"apaan sih... siapa yang nangis coba?" tanya ku menelan kembali air mata yang tertahan di ujung.
"itu bukitnya. mata lo berkaca-kaca gitu." kata cowok ini menunjuk mata ku yang memang berkaca-kaca.
"enggak. tadi gue kelamaan melek. jadi perih matanya." kata ku berbohong.
"eh.. gue belum meperkenalkan diri. gue Rama. lengkapnya..."
"Rama Riqy Muhammad. udah tau gue. tuh tertulis di name tag lo." kataku mendahului.
fiuh... untung gue ga terlalu kaku. jadi bisa balikin kata-kata Rama. batinku lega.
"hahahaha..... iyaya." kata Rama mengangguk.
"eh... tapi kok gue jarang ngeliat lu ya? kita satu angkatan kan?" tanyaku memulai percakapan.
"iya... masa sih? gue sering kok liat lu. atau karena gue ga eksis kali ya? jadi, lo ga kenal gue." kata cowok itu merenung.
yaampun ni cowok sensitp amat ya... batinku dalam hati.
"aduh.... bukan gitu maksud gue. gue ga maksud nyinggung perasaan lo kok. emang lo kelas berapa sih?" kataku mengalihkan pembicaraan.
"gapapa lagi. gue kelas IX...." belum sempat Rama selesai menjawab teman-temanku datang.
"Rini. yaampun. lo kemana aja? kok baru keliatan?" kata Lia dan Rena heboh. Sedangkan, Shila biasa aja.
"dari tadi gue disini kok. kalian tuh yang kemana." kataku senang campur kesal. Senang akhirnya teman-temanku menemukanku. Kesal karena, aku tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Rama.
"iya lo kemana aja? dari tadi Lia ama Rena heboh banget kepala gue ampe pusing." kata Shila memegangi kepalanya.
"udah....udah... bentar lagi acara dimulai. ayo cari bangku paling depan." kata Lia menarik tanganku menjauh dari Rama. Aku sempat menengok ke belakang mencari Rama. Rama yang juga melihatku membentuk angka '6' dengan tangannya. Oh... jadi dia anak IX.6, oke aku ngerti. batinku sambil mengangguk mengerti. Tapi, aku tidak yakin apakah dia akan melanjutkan SMA di sekolah lain atau tetap di Brawijaya. Aku merasa menyesal karena, tidak dapat memastikan apakah aku dapat bertemu lagi dengannya atau tidak. Entah kenapa aku merasa tertarik dengan Rama.

"Kalian semua LULUS dan semoga kalian di terima di sekolah yang kalian inginkan. Dan....." itulah kata-kata terkahir yang aku dengar sebelum aula di penuhi oleh teriakan teman-teman ku yang kegirangan.
Aku mencari-cari sosok Rama yang lebih tinggi dari yang lain. Entahlah, walaupun dia ga ikut basket (ga tau juga sih dia ikut basket atau enggak) dia memang terlihat tinggi di mataku. Dia berada jauh di belakang kerumunan yang berada di tengah aula. Aku pun beringsut mendekatinya dan mudah saja karena, badan ku yang tergolong kecil.
"jadi, lo mau masuk mana?" tanyaku memandang ke depan (tidak ke matanya hanya menatap ke kerumunan yang ada di depanku.
"kayaknya gue bakal tetep melanjutkan ke SMA deh. tapi ga tau SMA mana. kalo lo?" tanya Rama balik.
"mmh... kayaknya gue bakal disini lagi deh.... SMA Brawijaya tercintah." jawabku sedikit lebay sambil merentangkan tanganku.
"hahahaha... kocak banget lo. yah... mungkin  gue juga bakal di sini lagi." kata Rama menambahkan.
Yes! berarti gue bisa ada kemungkinan ketemu lagi dong? ok Rini tenang. lo kenapa sih? heboh banget gitu doang? ckck parah nih... batinku aneh.
"heh? ngapa lo? tadi senyum-senyum, tiba-tiba geleng-geleng kepala. ck aneh banget nih orang. lo gila ya?" tanya Rama bermaksud mengejek ku.
"ah... rese lo. ngatain gue orang gila. lo tuh Mr. Kaku-dikit-tapi-kalo-ketawa-ngakak. wee" kataku mengejeknya balik.
"heh? apaan tuh? ngasih julukan aneh banget udah gitu panjang lagi. lo tuh aneh." kata Rama ga terima.
"masa? boong kali." aku segera meninggalkannya. males mendengar dia ngatain aku lagi.

1 bulan kemudian....
Senin, 06.00
"sip lah... baju oke, sepatu oke. Oke! gue siap menyabut SMA gue dengan penuh suka cita." kataku tersenyum menatap cermin.
"terlalu pagi ga ya? biar deh... kan biar dapet temen banyak. siapa tau nemu cowok cakep." kataku sambil melamun di depan kaca. aku pun bergegas turun.
"ma........ pa..... aku berangkat ya." kataku bergegas menuju pintu.
"eh..... enggak-enggak pokoknya kamu harus sarapan dulu biar ga lemes." kata mama menghentikan langkahku.
"aduh.. ma.. tapi kan... kalo.... nanti... gimana?" kataku terputus-putus akibat tarikan mama yang menyeret ku ke ruang makan.
"lagian tumben pagi banget berangkatnya. sempet kok, pasti sempet nyampe sekolah jam setengah 7, kamu kan nanti berangkat bareng papa dan ga berangkat bareng Erdan jadi ga bakal telat ini." kata mama sedikit memaksa plus memerintah.
"ih.. ma... kan... ha...p" kataku yang udah keburu di cekoki mama dengan potongan roti yang besar.
"udah makan aja dulu yang bener. lagian kalo kamu berangkat bareng papa seragammu yang putih abu-abu ga bakal berantakan." kata mama memberi solusi.
"pokoknya nanti kalo telat salah mama sama papa ya." kataku ga mau tau.
"udah ayo berangkat bawel amat sih kamu. lagian kenapa salah papa? mama yang nyruh juga." kata papa yang ternyata dari tadi mendengarkan aku berdebat dengan mama.
"aduh.. papa anaknya belum slese makan kok dah mau berangkat? yaudah gih.. sana bawa aja rotinya, tapi minum dulu susunya ya......" kata mama menyodorkan segelas susu yang aku langsung teguk dalam satu tegukan*oke. it's too lebay* cuma aku abiskan setengahnya.
"heh.. kok ga di abisin? ga salim lagi." kata mama kesal. aku pun berbalik.
"hehehe lupa. yaudah aku berangkat ya ma. assalamu'alaikum." kataku setelah mencium pipi mama.

fiuh. untung  belum  bel. kan  ga  mungkin  di  hari  pertama  masuk  SMA  udah  telat. batinku  lega.
Segera  aku  memasuki  SMA  yang  akan  menjadi  tempat ku  menghabiskan  waktu  ku *keluar lagi lebay-nya* dan  menuju  tempat  yang  banyak  anak  yang  memakai  baju  lama  mereka  alias  baju  SMP  karena, tentu  saja  mereka  baru  lulus  SMP. Begitu  juga  dengan  aku. Yah, cerita  yang  sedikit - banyak  bertele - tele  ini  menyebabkan  aku  sudah  di  dekat  kerumunan  tersebut  saat  hendak  mendesak  kerumunan  badanku  ditarik  oleh  Lia  dan  Rena.
"eh... mau  ngapain  lo?" tanya  Lia.
" ya  mau  ngapain  lagi  coba? kalo  bukan  mau  liat  kelas  gue  dimana. kalian  ngapain  narik  gue  coba?" kata  ku  sedikit  kesal.
"ga  usah, berhubung  kita  teman  yang  baik  hati  dan  tidak  sombong, kita  udah  ngeliatin  kelas lo  yang mana. kita  tuh.... sekelas  lagi." kata  Rena  sebelum  di  balap  oleh  Lia.
"yeeee....." kataku  sambil  meloncat  gembira. tapi.... kira - kira  Rama  jadi  masuk  sini  ga  ya?
"heh... ngapa  lo  ngelamun?" kata  Lia  mengagetkan  ku.
"hah? kagak.  ga  napa - napa" kataku tergagap.
"alah... bo'ong  banget. kalo  menurut  yang  gue  liat, lo  lagi  mikirin  cowok  yang  waktu  perpisahan  itu  baru kenalan. Pasti  itu, ya  kan?" sekarang  giliran  Shila  menyudutkan  ku.
"kagak. apaansih." kata  ku  menepis  tangannya  yang  menunjuk  tepat  kedepan  muka  ku.
"iyaya. kayaknya  lo  belum  cerita  deh.. gimana  cara  lo  bisa  kenalan  ama  tu  orang." kata Lia  yang  sepertinya  juga  sadar.
"ehm... sebenernya  iya  sih.  Namanya  Rama  Riqy  Muhammad. dia  tuh  cakep  mukanya  ga nge-bosenin, kayak  Daniel  Redcliff gitu." kata  ku  sambil  tersenyum. Lia, Rena  dan  Shila  malah  berpandangan  bingung.
"eh... kalian  kenapa  sih? kok  malah  bengong?" kata  ku  yang  sadar  mereka  malah  terbengong - bengong  mendengar  penjelasan  ku.
"iya... lumayan  loh. dia  cakep.  kalo  lo  liat  mukanya  pasti  lo  setuju  deh  kalo  dia  mirip  Daniel  Redcliff, tapi  kalo  menurut  gue  cakepan   dia  loh." kata  ku  lagi  berjalan  mundur  tanpa  melihat  siapa  yang  sedang  berjalan  terburu - buru  menuju  kearah  ku.
BRUKK!
"aduh.. aduh.. benjol deh.. yah  jenong  deh  gue. lo tuh  kalo  jalan  liat - liat dong. punya  mata  ga  sih?" kata  ku  sambil  memegang  jidatku  masih  kesakitan, tanpa  melihat  ke  arah  si  penabrak.
"lo tu  yang  salah.  lagian  lo  tadi  jalan  sambil  mundur  kayak  undur - undur  gitu. salah  lo  lah...  kertas  gue  jatuh  semua  kan  tuh...."  kata  si  penabrak  berjongkok  tiba - tiba  yang  membuat  ku  malah  tersandung  jatuh.
"aduh... udah  nabrak  gue  seenaknya.  bukannya  bantuin   beresin  kertas  gue,  malah  jatoh  nimpa  gue.  rese  banget sih..." kata  si  penabrak  memegangi  tulang  keringnya.

0 comments: