Just Waiting for You
1/14/2011 03:45:00 PM Edit This 0 Comments »
Sabtu, 07.00
Aku melangkahkan kaki sendirian memasuki aula besar yang akan menjadi tempat terakhir saksi bisu acara perpisahan yang berlangsung sebentar lagi. Seharusnya, ada orang tuaku yang ikut mendampingi. tapi, mereka sedang rapat bersama para orang tua dan guru-guru di ruangan lain.
Oh ya, perkenalkan aku Rini Isbel Nugroho - Rini - bersekolah di SMP Brawijaya Internasional School. Hari ini adalah acara perpisahan sekolahku yang berlangsung di sebuah aula besar, yang letaknya masih di dalam lingkungan Sekolah Brawijaya. Sekian perkenalanku.
Dengan kebaya hijau muda dipadu dengan kain warna senada aku memasuki aula besar itu. Sepertinya hanya aku yang merasa gugup dan takut. mungkin karena aku yang akan menjadi wakil dari seluruh siswa untuk uncapan terima kasih kepada para guru. Aku mengucap basmalah berulang kali dalam hati. Cukup membantu karena aku sudah mulai tenang. Aku segera mencari teman-temanku. Karena, aku tidak berhasil menemukan teman-temanku, sedangkan kakiku sudah pegal karena terlalu lama berdiri menggunakan sepatu ber-hak. Akhirnya aku putuskan untuk duduk sebentar.
" ehm... maaf ada yang duduk sini ga?" tanyaku pada seorang cowok yang berada tepat disebelah bangku yang ingin aku duduki.
"oh... enggak. duduk aja." kata cowok itu mempersilahkan. Aku pun mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
setelah terdiam cukup lama cowok itu ngomong.
" eh... lo Rini Isbel Nugroho ya?" tanya cowok ini tanpa menengok.
"mmm... lo nanya gue?" tanyaku balik. Dan sepertinya memang aku. Karena, tidak ada orang lain selain aku dan cowok ini.
"yaiyalah... mang siapa lagi selain elo? lagian yang disini kan cuma kita berdua." kata cowok ini geregetan.
"hehe... maaf ya. Iya, gue emang Rini Isbel Nugroho. Tapi.. kok tau sih? tanya ku agak kaget dengan muka memerah.
Yaampun... ternyata cowok ganteng ini tau nama gue. Batinku senang
"ya.. jelas lah Rin. Kan ada tulisannya di name tag yang lo pake itu." kata cowok ini menunjuk name tag yang kupasang di sebelah kiri
"hah? Oh iyaya." ternyata cowok ini ga bener-bener tau nama gue. malunya... dengan muka yang makin merah seperti udang rebus.
"hahahahaha... sumpah muka lo lucu banget kalo lagi malu kayak gitu." kata cowok ini masih dengan terbahak-bahak.
Sumpah. gue malu bangeet. pengen banget gue kalo sekarang gue tiba-tiba menghilang. aduh.. jadi pengen nangis deh.. batinku mulai berkaca-kaca.
lah... ni orang kenapa nangis ya? mungkin gue kelewatan kali ya? pikir Rama melihat Rini yang berkaca-kaca.
"aduh.. maaf ya Rin. Gue ga maksud mau bikin lo nangis kok. gue cuma bercanda kok. Sumpah dah." kata cowok ini minta maaf sambil membentuk huruf V dengan tangannya.
"apaan sih... siapa yang nangis coba?" tanya ku menelan kembali air mata yang tertahan di ujung.
"itu bukitnya. mata lo berkaca-kaca gitu." kata cowok ini menunjuk mata ku yang memang berkaca-kaca.
"enggak. tadi gue kelamaan melek. jadi perih matanya." kata ku berbohong.
"eh.. gue belum meperkenalkan diri. gue Rama. lengkapnya..."
"Rama Riqy Muhammad. udah tau gue. tuh tertulis di name tag lo." kataku mendahului.
fiuh... untung gue ga terlalu kaku. jadi bisa balikin kata-kata Rama. batinku lega.
"hahahaha..... iyaya." kata Rama mengangguk.
"eh... tapi kok gue jarang ngeliat lu ya? kita satu angkatan kan?" tanyaku memulai percakapan.
"iya... masa sih? gue sering kok liat lu. atau karena gue ga eksis kali ya? jadi, lo ga kenal gue." kata cowok itu merenung.
yaampun ni cowok sensitp amat ya... batinku dalam hati.
"aduh.... bukan gitu maksud gue. gue ga maksud nyinggung perasaan lo kok. emang lo kelas berapa sih?" kataku mengalihkan pembicaraan.
"gapapa lagi. gue kelas IX...." belum sempat Rama selesai menjawab teman-temanku datang.
"Rini. yaampun. lo kemana aja? kok baru keliatan?" kata Lia dan Rena heboh. Sedangkan, Shila biasa aja.
"dari tadi gue disini kok. kalian tuh yang kemana." kataku senang campur kesal. Senang akhirnya teman-temanku menemukanku. Kesal karena, aku tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Rama.
"iya lo kemana aja? dari tadi Lia ama Rena heboh banget kepala gue ampe pusing." kata Shila memegangi kepalanya.
"udah....udah... bentar lagi acara dimulai. ayo cari bangku paling depan." kata Lia menarik tanganku menjauh dari Rama. Aku sempat menengok ke belakang mencari Rama. Rama yang juga melihatku membentuk angka '6' dengan tangannya. Oh... jadi dia anak IX.6, oke aku ngerti. batinku sambil mengangguk mengerti. Tapi, aku tidak yakin apakah dia akan melanjutkan SMA di sekolah lain atau tetap di Brawijaya. Aku merasa menyesal karena, tidak dapat memastikan apakah aku dapat bertemu lagi dengannya atau tidak. Entah kenapa aku merasa tertarik dengan Rama.
"Kalian semua LULUS dan semoga kalian di terima di sekolah yang kalian inginkan. Dan....." itulah kata-kata terkahir yang aku dengar sebelum aula di penuhi oleh teriakan teman-teman ku yang kegirangan.
Aku mencari-cari sosok Rama yang lebih tinggi dari yang lain. Entahlah, walaupun dia ga ikut basket (ga tau juga sih dia ikut basket atau enggak) dia memang terlihat tinggi di mataku. Dia berada jauh di belakang kerumunan yang berada di tengah aula. Aku pun beringsut mendekatinya dan mudah saja karena, badan ku yang tergolong kecil.
"jadi, lo mau masuk mana?" tanyaku memandang ke depan (tidak ke matanya hanya menatap ke kerumunan yang ada di depanku.
"kayaknya gue bakal tetep melanjutkan ke SMA deh. tapi ga tau SMA mana. kalo lo?" tanya Rama balik.
"mmh... kayaknya gue bakal disini lagi deh.... SMA Brawijaya tercintah." jawabku sedikit lebay sambil merentangkan tanganku.
"hahahaha... kocak banget lo. yah... mungkin gue juga bakal di sini lagi." kata Rama menambahkan.
Yes! berarti gue bisa ada kemungkinan ketemu lagi dong? ok Rini tenang. lo kenapa sih? heboh banget gitu doang? ckck parah nih... batinku aneh.
"heh? ngapa lo? tadi senyum-senyum, tiba-tiba geleng-geleng kepala. ck aneh banget nih orang. lo gila ya?" tanya Rama bermaksud mengejek ku.
"ah... rese lo. ngatain gue orang gila. lo tuh Mr. Kaku-dikit-tapi-kalo-ketawa-ngakak. wee" kataku mengejeknya balik.
"heh? apaan tuh? ngasih julukan aneh banget udah gitu panjang lagi. lo tuh aneh." kata Rama ga terima.
"masa? boong kali." aku segera meninggalkannya. males mendengar dia ngatain aku lagi.
1 bulan kemudian....
Senin, 06.00
"sip lah... baju oke, sepatu oke. Oke! gue siap menyabut SMA gue dengan penuh suka cita." kataku tersenyum menatap cermin.
"terlalu pagi ga ya? biar deh... kan biar dapet temen banyak. siapa tau nemu cowok cakep." kataku sambil melamun di depan kaca. aku pun bergegas turun.
"ma........ pa..... aku berangkat ya." kataku bergegas menuju pintu.
"eh..... enggak-enggak pokoknya kamu harus sarapan dulu biar ga lemes." kata mama menghentikan langkahku.
"aduh.. ma.. tapi kan... kalo.... nanti... gimana?" kataku terputus-putus akibat tarikan mama yang menyeret ku ke ruang makan.
"lagian tumben pagi banget berangkatnya. sempet kok, pasti sempet nyampe sekolah jam setengah 7, kamu kan nanti berangkat bareng papa dan ga berangkat bareng Erdan jadi ga bakal telat ini." kata mama sedikit memaksa plus memerintah.
"ih.. ma... kan... ha...p" kataku yang udah keburu di cekoki mama dengan potongan roti yang besar.
"udah makan aja dulu yang bener. lagian kalo kamu berangkat bareng papa seragammu yang putih abu-abu ga bakal berantakan." kata mama memberi solusi.
"pokoknya nanti kalo telat salah mama sama papa ya." kataku ga mau tau.
"udah ayo berangkat bawel amat sih kamu. lagian kenapa salah papa? mama yang nyruh juga." kata papa yang ternyata dari tadi mendengarkan aku berdebat dengan mama.
"aduh.. papa anaknya belum slese makan kok dah mau berangkat? yaudah gih.. sana bawa aja rotinya, tapi minum dulu susunya ya......" kata mama menyodorkan segelas susu yang aku langsung teguk dalam satu tegukan*oke. it's too lebay* cuma aku abiskan setengahnya.
"heh.. kok ga di abisin? ga salim lagi." kata mama kesal. aku pun berbalik.
"hehehe lupa. yaudah aku berangkat ya ma. assalamu'alaikum." kataku setelah mencium pipi mama.
fiuh. untung belum bel. kan ga mungkin di hari pertama masuk SMA udah telat. batinku lega.
Segera aku memasuki SMA yang akan menjadi tempat ku menghabiskan waktu ku *keluar lagi lebay-nya* dan menuju tempat yang banyak anak yang memakai baju lama mereka alias baju SMP karena, tentu saja mereka baru lulus SMP. Begitu juga dengan aku. Yah, cerita yang sedikit - banyak bertele - tele ini menyebabkan aku sudah di dekat kerumunan tersebut saat hendak mendesak kerumunan badanku ditarik oleh Lia dan Rena.
"eh... mau ngapain lo?" tanya Lia.
" ya mau ngapain lagi coba? kalo bukan mau liat kelas gue dimana. kalian ngapain narik gue coba?" kata ku sedikit kesal.
"ga usah, berhubung kita teman yang baik hati dan tidak sombong, kita udah ngeliatin kelas lo yang mana. kita tuh.... sekelas lagi." kata Rena sebelum di balap oleh Lia.
"yeeee....." kataku sambil meloncat gembira. tapi.... kira - kira Rama jadi masuk sini ga ya?
"heh... ngapa lo ngelamun?" kata Lia mengagetkan ku.
"hah? kagak. ga napa - napa" kataku tergagap.
"alah... bo'ong banget. kalo menurut yang gue liat, lo lagi mikirin cowok yang waktu perpisahan itu baru kenalan. Pasti itu, ya kan?" sekarang giliran Shila menyudutkan ku.
"kagak. apaansih." kata ku menepis tangannya yang menunjuk tepat kedepan muka ku.
"iyaya. kayaknya lo belum cerita deh.. gimana cara lo bisa kenalan ama tu orang." kata Lia yang sepertinya juga sadar.
"ehm... sebenernya iya sih. Namanya Rama Riqy Muhammad. dia tuh cakep mukanya ga nge-bosenin, kayak Daniel Redcliff gitu." kata ku sambil tersenyum. Lia, Rena dan Shila malah berpandangan bingung.
"eh... kalian kenapa sih? kok malah bengong?" kata ku yang sadar mereka malah terbengong - bengong mendengar penjelasan ku.
"iya... lumayan loh. dia cakep. kalo lo liat mukanya pasti lo setuju deh kalo dia mirip Daniel Redcliff, tapi kalo menurut gue cakepan dia loh." kata ku lagi berjalan mundur tanpa melihat siapa yang sedang berjalan terburu - buru menuju kearah ku.
BRUKK!
"aduh.. aduh.. benjol deh.. yah jenong deh gue. lo tuh kalo jalan liat - liat dong. punya mata ga sih?" kata ku sambil memegang jidatku masih kesakitan, tanpa melihat ke arah si penabrak.
"lo tu yang salah. lagian lo tadi jalan sambil mundur kayak undur - undur gitu. salah lo lah... kertas gue jatuh semua kan tuh...." kata si penabrak berjongkok tiba - tiba yang membuat ku malah tersandung jatuh.
"aduh... udah nabrak gue seenaknya. bukannya bantuin beresin kertas gue, malah jatoh nimpa gue. rese banget sih..." kata si penabrak memegangi tulang keringnya.
Aku melangkahkan kaki sendirian memasuki aula besar yang akan menjadi tempat terakhir saksi bisu acara perpisahan yang berlangsung sebentar lagi. Seharusnya, ada orang tuaku yang ikut mendampingi. tapi, mereka sedang rapat bersama para orang tua dan guru-guru di ruangan lain.
Oh ya, perkenalkan aku Rini Isbel Nugroho - Rini - bersekolah di SMP Brawijaya Internasional School. Hari ini adalah acara perpisahan sekolahku yang berlangsung di sebuah aula besar, yang letaknya masih di dalam lingkungan Sekolah Brawijaya. Sekian perkenalanku.
Dengan kebaya hijau muda dipadu dengan kain warna senada aku memasuki aula besar itu. Sepertinya hanya aku yang merasa gugup dan takut. mungkin karena aku yang akan menjadi wakil dari seluruh siswa untuk uncapan terima kasih kepada para guru. Aku mengucap basmalah berulang kali dalam hati. Cukup membantu karena aku sudah mulai tenang. Aku segera mencari teman-temanku. Karena, aku tidak berhasil menemukan teman-temanku, sedangkan kakiku sudah pegal karena terlalu lama berdiri menggunakan sepatu ber-hak. Akhirnya aku putuskan untuk duduk sebentar.
" ehm... maaf ada yang duduk sini ga?" tanyaku pada seorang cowok yang berada tepat disebelah bangku yang ingin aku duduki.
"oh... enggak. duduk aja." kata cowok itu mempersilahkan. Aku pun mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
setelah terdiam cukup lama cowok itu ngomong.
" eh... lo Rini Isbel Nugroho ya?" tanya cowok ini tanpa menengok.
"mmm... lo nanya gue?" tanyaku balik. Dan sepertinya memang aku. Karena, tidak ada orang lain selain aku dan cowok ini.
"yaiyalah... mang siapa lagi selain elo? lagian yang disini kan cuma kita berdua." kata cowok ini geregetan.
"hehe... maaf ya. Iya, gue emang Rini Isbel Nugroho. Tapi.. kok tau sih? tanya ku agak kaget dengan muka memerah.
Yaampun... ternyata cowok ganteng ini tau nama gue. Batinku senang
"ya.. jelas lah Rin. Kan ada tulisannya di name tag yang lo pake itu." kata cowok ini menunjuk name tag yang kupasang di sebelah kiri
"hah? Oh iyaya." ternyata cowok ini ga bener-bener tau nama gue. malunya... dengan muka yang makin merah seperti udang rebus.
"hahahahaha... sumpah muka lo lucu banget kalo lagi malu kayak gitu." kata cowok ini masih dengan terbahak-bahak.
Sumpah. gue malu bangeet. pengen banget gue kalo sekarang gue tiba-tiba menghilang. aduh.. jadi pengen nangis deh.. batinku mulai berkaca-kaca.
lah... ni orang kenapa nangis ya? mungkin gue kelewatan kali ya? pikir Rama melihat Rini yang berkaca-kaca.
"aduh.. maaf ya Rin. Gue ga maksud mau bikin lo nangis kok. gue cuma bercanda kok. Sumpah dah." kata cowok ini minta maaf sambil membentuk huruf V dengan tangannya.
"apaan sih... siapa yang nangis coba?" tanya ku menelan kembali air mata yang tertahan di ujung.
"itu bukitnya. mata lo berkaca-kaca gitu." kata cowok ini menunjuk mata ku yang memang berkaca-kaca.
"enggak. tadi gue kelamaan melek. jadi perih matanya." kata ku berbohong.
"eh.. gue belum meperkenalkan diri. gue Rama. lengkapnya..."
"Rama Riqy Muhammad. udah tau gue. tuh tertulis di name tag lo." kataku mendahului.
fiuh... untung gue ga terlalu kaku. jadi bisa balikin kata-kata Rama. batinku lega.
"hahahaha..... iyaya." kata Rama mengangguk.
"eh... tapi kok gue jarang ngeliat lu ya? kita satu angkatan kan?" tanyaku memulai percakapan.
"iya... masa sih? gue sering kok liat lu. atau karena gue ga eksis kali ya? jadi, lo ga kenal gue." kata cowok itu merenung.
yaampun ni cowok sensitp amat ya... batinku dalam hati.
"aduh.... bukan gitu maksud gue. gue ga maksud nyinggung perasaan lo kok. emang lo kelas berapa sih?" kataku mengalihkan pembicaraan.
"gapapa lagi. gue kelas IX...." belum sempat Rama selesai menjawab teman-temanku datang.
"Rini. yaampun. lo kemana aja? kok baru keliatan?" kata Lia dan Rena heboh. Sedangkan, Shila biasa aja.
"dari tadi gue disini kok. kalian tuh yang kemana." kataku senang campur kesal. Senang akhirnya teman-temanku menemukanku. Kesal karena, aku tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Rama.
"iya lo kemana aja? dari tadi Lia ama Rena heboh banget kepala gue ampe pusing." kata Shila memegangi kepalanya.
"udah....udah... bentar lagi acara dimulai. ayo cari bangku paling depan." kata Lia menarik tanganku menjauh dari Rama. Aku sempat menengok ke belakang mencari Rama. Rama yang juga melihatku membentuk angka '6' dengan tangannya. Oh... jadi dia anak IX.6, oke aku ngerti. batinku sambil mengangguk mengerti. Tapi, aku tidak yakin apakah dia akan melanjutkan SMA di sekolah lain atau tetap di Brawijaya. Aku merasa menyesal karena, tidak dapat memastikan apakah aku dapat bertemu lagi dengannya atau tidak. Entah kenapa aku merasa tertarik dengan Rama.
"Kalian semua LULUS dan semoga kalian di terima di sekolah yang kalian inginkan. Dan....." itulah kata-kata terkahir yang aku dengar sebelum aula di penuhi oleh teriakan teman-teman ku yang kegirangan.
Aku mencari-cari sosok Rama yang lebih tinggi dari yang lain. Entahlah, walaupun dia ga ikut basket (ga tau juga sih dia ikut basket atau enggak) dia memang terlihat tinggi di mataku. Dia berada jauh di belakang kerumunan yang berada di tengah aula. Aku pun beringsut mendekatinya dan mudah saja karena, badan ku yang tergolong kecil.
"jadi, lo mau masuk mana?" tanyaku memandang ke depan (tidak ke matanya hanya menatap ke kerumunan yang ada di depanku.
"kayaknya gue bakal tetep melanjutkan ke SMA deh. tapi ga tau SMA mana. kalo lo?" tanya Rama balik.
"mmh... kayaknya gue bakal disini lagi deh.... SMA Brawijaya tercintah." jawabku sedikit lebay sambil merentangkan tanganku.
"hahahaha... kocak banget lo. yah... mungkin gue juga bakal di sini lagi." kata Rama menambahkan.
Yes! berarti gue bisa ada kemungkinan ketemu lagi dong? ok Rini tenang. lo kenapa sih? heboh banget gitu doang? ckck parah nih... batinku aneh.
"heh? ngapa lo? tadi senyum-senyum, tiba-tiba geleng-geleng kepala. ck aneh banget nih orang. lo gila ya?" tanya Rama bermaksud mengejek ku.
"ah... rese lo. ngatain gue orang gila. lo tuh Mr. Kaku-dikit-tapi-kalo-ketawa-ngakak. wee" kataku mengejeknya balik.
"heh? apaan tuh? ngasih julukan aneh banget udah gitu panjang lagi. lo tuh aneh." kata Rama ga terima.
"masa? boong kali." aku segera meninggalkannya. males mendengar dia ngatain aku lagi.
1 bulan kemudian....
Senin, 06.00
"sip lah... baju oke, sepatu oke. Oke! gue siap menyabut SMA gue dengan penuh suka cita." kataku tersenyum menatap cermin.
"terlalu pagi ga ya? biar deh... kan biar dapet temen banyak. siapa tau nemu cowok cakep." kataku sambil melamun di depan kaca. aku pun bergegas turun.
"ma........ pa..... aku berangkat ya." kataku bergegas menuju pintu.
"eh..... enggak-enggak pokoknya kamu harus sarapan dulu biar ga lemes." kata mama menghentikan langkahku.
"aduh.. ma.. tapi kan... kalo.... nanti... gimana?" kataku terputus-putus akibat tarikan mama yang menyeret ku ke ruang makan.
"lagian tumben pagi banget berangkatnya. sempet kok, pasti sempet nyampe sekolah jam setengah 7, kamu kan nanti berangkat bareng papa dan ga berangkat bareng Erdan jadi ga bakal telat ini." kata mama sedikit memaksa plus memerintah.
"ih.. ma... kan... ha...p" kataku yang udah keburu di cekoki mama dengan potongan roti yang besar.
"udah makan aja dulu yang bener. lagian kalo kamu berangkat bareng papa seragammu yang putih abu-abu ga bakal berantakan." kata mama memberi solusi.
"pokoknya nanti kalo telat salah mama sama papa ya." kataku ga mau tau.
"udah ayo berangkat bawel amat sih kamu. lagian kenapa salah papa? mama yang nyruh juga." kata papa yang ternyata dari tadi mendengarkan aku berdebat dengan mama.
"aduh.. papa anaknya belum slese makan kok dah mau berangkat? yaudah gih.. sana bawa aja rotinya, tapi minum dulu susunya ya......" kata mama menyodorkan segelas susu yang aku langsung teguk dalam satu tegukan*oke. it's too lebay* cuma aku abiskan setengahnya.
"heh.. kok ga di abisin? ga salim lagi." kata mama kesal. aku pun berbalik.
"hehehe lupa. yaudah aku berangkat ya ma. assalamu'alaikum." kataku setelah mencium pipi mama.
fiuh. untung belum bel. kan ga mungkin di hari pertama masuk SMA udah telat. batinku lega.
Segera aku memasuki SMA yang akan menjadi tempat ku menghabiskan waktu ku *keluar lagi lebay-nya* dan menuju tempat yang banyak anak yang memakai baju lama mereka alias baju SMP karena, tentu saja mereka baru lulus SMP. Begitu juga dengan aku. Yah, cerita yang sedikit - banyak bertele - tele ini menyebabkan aku sudah di dekat kerumunan tersebut saat hendak mendesak kerumunan badanku ditarik oleh Lia dan Rena.
"eh... mau ngapain lo?" tanya Lia.
" ya mau ngapain lagi coba? kalo bukan mau liat kelas gue dimana. kalian ngapain narik gue coba?" kata ku sedikit kesal.
"ga usah, berhubung kita teman yang baik hati dan tidak sombong, kita udah ngeliatin kelas lo yang mana. kita tuh.... sekelas lagi." kata Rena sebelum di balap oleh Lia.
"yeeee....." kataku sambil meloncat gembira. tapi.... kira - kira Rama jadi masuk sini ga ya?
"heh... ngapa lo ngelamun?" kata Lia mengagetkan ku.
"hah? kagak. ga napa - napa" kataku tergagap.
"alah... bo'ong banget. kalo menurut yang gue liat, lo lagi mikirin cowok yang waktu perpisahan itu baru kenalan. Pasti itu, ya kan?" sekarang giliran Shila menyudutkan ku.
"kagak. apaansih." kata ku menepis tangannya yang menunjuk tepat kedepan muka ku.
"iyaya. kayaknya lo belum cerita deh.. gimana cara lo bisa kenalan ama tu orang." kata Lia yang sepertinya juga sadar.
"ehm... sebenernya iya sih. Namanya Rama Riqy Muhammad. dia tuh cakep mukanya ga nge-bosenin, kayak Daniel Redcliff gitu." kata ku sambil tersenyum. Lia, Rena dan Shila malah berpandangan bingung.
"eh... kalian kenapa sih? kok malah bengong?" kata ku yang sadar mereka malah terbengong - bengong mendengar penjelasan ku.
"iya... lumayan loh. dia cakep. kalo lo liat mukanya pasti lo setuju deh kalo dia mirip Daniel Redcliff, tapi kalo menurut gue cakepan dia loh." kata ku lagi berjalan mundur tanpa melihat siapa yang sedang berjalan terburu - buru menuju kearah ku.
BRUKK!
"aduh.. aduh.. benjol deh.. yah jenong deh gue. lo tuh kalo jalan liat - liat dong. punya mata ga sih?" kata ku sambil memegang jidatku masih kesakitan, tanpa melihat ke arah si penabrak.
"lo tu yang salah. lagian lo tadi jalan sambil mundur kayak undur - undur gitu. salah lo lah... kertas gue jatuh semua kan tuh...." kata si penabrak berjongkok tiba - tiba yang membuat ku malah tersandung jatuh.
"aduh... udah nabrak gue seenaknya. bukannya bantuin beresin kertas gue, malah jatoh nimpa gue. rese banget sih..." kata si penabrak memegangi tulang keringnya.
0 comments:
Posting Komentar